Sinopsis Perjuangan Pangeran Albert Lewat Film The King's Speech

Share:

Sinopsis Perjuangan Pangeran Albert Lewat Film The King's Speech

Review   66   Update: 30/05/2024


Film The King's Speech rilis pada tahun 2010 dengan genre historikal drama yang di sutradarai oleh Tom Hooper dengan penulis cerita David Seindler. Film ini di produksi oleh UK Film Council dan di distribusikan oleh Paramount Pictures.

Dikenal sebagai salah satu box office terkemuka dengan budget $15 juta dan pendapatan yang menyentuh angka $427.4 juta.

Film ini berorientasi pada kejadian nyata di tahun 1930-an dimana awal World War II antara Inggris dan Jerman mulai memanas dan para pemimpin negara diharuskan menyatukan suara rakyatnya dengan berbagai cara yang salah satunya dengan berorasi dan berpidato.

Film ini menceritakan tentang bagaimana Pangeran Albert berusaha mengatasi kesulitannya dalam berbicara di depan orang banyak. Film ini memberikan contoh progresif dari bagaimana mengatasi lack of self confidence dan low self-esteem.


Sinopsis

King George V semakin tua dan tahta akan diturunkan kepada Pangeran Albert meskipun Pangeran memiliki seorang kakak yaitu Pangeran David. King George V percaya Kerajaan Inggris akan runtuh dalam beberapa bulan jika Pangeran David yang memimpin dikarenakan Pangeran David bersikukuh untuk menjalin hubungan dengan perempuan bersuami yaitu Wallis Simpson.

Pangeran Albert yang memiliki gangguan gagap membuatnya kesulitan bicara di depan orang banyak sedangkan pada hakikatnya suara seorang raja adalah suara yang paling lantang dan paling didengarkan oleh masyarakatnya. Hal ini membuat Pangeran Albert merasa tidak layak menjadi penerus sang Ayah hingga akhirnya sang istri Elizabeth pun membantunya untuk mencari terapis terbaik untuk mengobati gangguan gagapnya.

Setelah pencarian tak kunjung membuahkan hasil Elizabeth pun bertemu dengan Lionel Logue, seorang Terapis yang mau dan siap mengobati gangguan gagap Pangeran Albert dengan syarat harus ada kesetaraan di dalam ruang prakteknya dan syarat itu pun disetujui oleh Elizabeth.

Lionel melakukan terapi dengan metode pendekatan secara personal yang dimana itu secara progresif bekerja dengan baik dalam mengobati gangguan gagap Pangeran Albert meskipun hasilnya tidak instan, sayangnya King George V wafat sebelum kemampuan bicara Pangeran Albert sempurna sehingga pada akhirnya Pangeran David-lah yang naik tahta.

Pangeran Albert merasa lega karena tidak terbebani lagi oleh keharusannya menjadi raja dan dia pun menceritakan hal itu kepada Lionel. Pangeran Albert dapat menjadi Raja jika suatu hari nanti Pangeran David tidak kunjung mendapatkan keturunan sehingga anak dia dan Elizabeth-lah yang akan menjadi penerusnya. 

Pangeran David yang kini telah menjadi seorang raja tetap bersikukuh ingin menikahi Wallis Simpson dan bahkan Wallis pun akan menceraikan suaminya untuk melanjutkan pernikahan yang ditentang oleh Inggris ini. Pada akhirnya jika seorang raja terus menentang pemerintahannya maka hanya ada dua pilihan yaitu raja yang turun tahta atau keseluruhan pemerintahannya yang mengundurkan diri.

Keputusan yang diambil pun adalah penurunan tahta raja dimana Pangeran David akhirnya bukan lagi seorang raja dengan beralasan dia tidak dapat memimpin tanpa wanita yang dicintainya. Tahta pun secara otomatis kini menjadi milik Pangeran Albert yang sudah dapat berbicara dengan lebih baik dengan bantuan Lionel dan usahanya.

Ending Scene memperlihatkan bagaimana akhirnya Pangeran Albert yang telah menjadi raja berpidato tentang World War II pada siaran radio BBC dalam studio khusus ditemani oleh sahabatnya, Lionel.

Dalam catatan sejarah Pangeran Albert menjadi salah satu Ahli Pidato paling berpengaruh dalam era World War II dan Lionel selalu mendampinginya dalam setiap kegiatan kerajaan yang mengharuskan Pangeran Albert berpidato.


Background

Dengan set waktu dan tahun yang krisis dan depresif dalam skala yang masif film ini memperlihatkan bagaimana pilar-pilar yang memegang kekuasaan juga memiliki tekanan secara personal terhadap kualitas dan kepercayaan dirinya.

Memiliki tempo slow burn sehingga momentum-momentum yang penting dalam sejarah dikemas dengan runtut beriringan dengan pendalaman karakter utamanya yaitu Pangeran Albert dan Lionel. Secara keseluruhan memiliki kualitas yang bagus terbukti dari memenangkannya 4 piala Oscar pada masa perilisannya.

Film ini berhasil memberikan kita perasaan dan tekanan yang dirasakan oleh Pangeran Albert akan besarnya tuntutan menjadi seorang Pemimpin dengan kemampuan Public Speaking yang tidak sempurna.


Penilaian Kritikus

Dengan rating 8/10 di IMDb dan 94% di Rotten Tomatoes sejajar dengan 4 piala Oscar yang di raihnya. Film The King's Speech membuktikan kualitasnya yang baik dalam mengemas kejadian yang krusial dari tokoh yang berpengaruh ke dalam sebuah sajian tontonan yang dapat di saksikan masyarakat umum.

Donald Clarke dari Irish Times meninggalkan penilaiannya yang berbunyi "Travel without prejudice and you will enjoy a moving. Impeccably acted ans suprisingly funny slice of comfort food. There are worse ways of starting an unpromising looking year." yang mengindikasikan rasa sukanya terhadap film The King's Speech.

Brian Eggert dari Deep Focus Review dan Mark Johnson dari Award Daily juga meninggalkan pesan-pesan menyentuh bahwa film ini memiliki great performance, film with a big heart, complex and inspiring friendship.


Kesimpulan

Film dengan genre Drama yang mungkin pada awalnya akan memberikan impresi film yang berat karena memiliki set waktu persiapan dimulainya World War II dari perspektif Internal Kerajaan Inggris. Ternyata keseluruhan filmnya lebih light karena berfokus pada Pangeran Albert secara personal dan emosional dimana yang pada hakikatnya kita memahami tekanan sesama manusia dan usahanya untuk berjuang dari keterbelakangan.

Di tambah dengan peran Lionel yang selalu ada di samping Pangeran Albert dalam proses persiapannya memberikan sentuhan yang mengharukan dengan akting memukau yang tidak perlu di ragukan lagi.

Colin Firth dan Geoffrey Rush berhasil memerankan Pangeran Albert dan Lionel Logue dengan sangat baik, chemistry keduanya sebagai sahabat benar-benar terasa sehingga kita dapat ikut merasakan ambience pada momen itu.

tidak lupa Helena Bonham Carter sebagai Ratu Elizabeth bersama aktor dan aktris lainnya seperti Guy Pearce, Jennifer Ehle, Michael Gambon dan Ramona Marquez yang secara keseluruhan menghidupkan keseluruhan film sehingga The King's Speech dapat menjadi film yang berkesan bagi banyak orang.

Author by: Archel Dio Pramudia

Artikel terbaru