Napak tilas Stasiun Tuntang, salah satu lokasi syuting film “Gadis Kretek”

Share:

Napak tilas Stasiun Tuntang, salah satu lokasi syuting film “Gadis Kretek”

Pariwisata   71   Update: 30/05/2024


Bagi penggemar serial Gadis Kretek, pasti familiar dengan momen paling menyentuh ketika Dasiyah atau Jeng Yah (diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) bertemu kembali dengan Soeraja (Ario Bayu) di stasiun setelah sempat berpisah.Salah satu adegan yang mencuat dalam Gadis Kretek adalah pertemuan terakhir antara Dasiyah atau Jeng Yah dengan Soeraja di sebuah stasiun.

“Temui saya di stasiun minggu depan, saya akan pulang,” sepenggal kalimat yang diucapkan Mas Raja pada Jeng Yah dalam film ‘Gadis Kretek’ Sebelum berpisah selamanya dengan Jeng Yah.

Ternyata, stasiun tersebut terletak di Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dan merupakan salah satu stasiun tertua di Indonesia. Lalu bagaimana sejarah dan Transportasi untuk mengunjungi stasiun tuntang tersebut?


Sejarah Stasiun Tuntang

Stasiun Tuntang, yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga, telah dibangun sejak tahun 1871 dan mulai beroperasi pada bulan Mei 1873, seperti yang disebutkan dalam sumber Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

Meskipun ukurannya relatif kecil, Stasiun Tuntang memiliki peran penting sebagai jalur pengangkutan produk perkebunan. Pada masa itu, hasil-hasil perkebunan seperti karet, gula, dan cokelat diangkut ke Stasiun Ambarawa melalui Stasiun Tuntang.

Bangunan Stasiun Tuntang saat ini berasal dari tahun 1905, ketika Nederlandsch-Indische Spoorweg (NIS) Maatschappij membangun stasiun-stasiun baru. Arsitektur Stasiun Tuntang mengikuti gaya “Chalet NIS” yang populer pada awal abad ke-20.

Selain sebagai stasiun kereta api, Stasiun Tuntang juga pernah menjadi tempat transit layanan bus milik NIS yang beroperasi dengan rute Stasiun Tuntang-Kota Salatiga. Layanan bus ini kemudian diakuisisi oleh perusahaan otobus swasta, Eerste Salatigasche Transport Onderneming (ESTO), pada tahun 1921.

Pada 1 Juni 1970, Stasiun Tuntang dinonaktifkan dan hanya difungsikan sebagai museum karena persaingan dengan moda transportasi lainnya dan meningkatnya penggunaan kendaraan pribadi.

Meskipun sempat melayani jalur kereta wisata Ambarawa-Tuntang pada waktu tertentu, layanan tersebut terhenti karena kondisi rel yang rusak. Setelah 32 tahun tidak aktif, Stasiun Tuntang dibuka kembali sebagai jalur wisata pada tahun 2002 setelah mengalami renovasi.

Awalnya, stasiun ini hanya melayani lori Ambarawa-Tuntang, tetapi setelah direnovasi lagi pada tahun 2009, stasiun ini juga mulai melayani kereta uap wisata. Saat ini, para pengunjung dapat menikmati keindahan Stasiun Tuntang dengan menaiki kereta uap wisata yang ditarik oleh lokomotif diesel vintage.

Lalu bagaimana jika kita, ingin mengunjungi tempat yang sangat memorable untuk penikmat film “gadis kretek”, dan merasakan suasana di stasiun tersebut?


Transportasi dari Bandung dan Jakarta

A. Bandung (Bus)

Untuk mengunjungi Stasiun Tuntang, kalian harus menjangkau terlebih dahulu ke kota Ambarawa. Untuk kalian yang di Bandung, bisa memulai perjalanan dengan dimulai dari terminal cicaheum, disana banya bis yang menuju ke Ambarawa, seperti: Bandung Express, Harapan Jaya dengan harga Rp. 180.000 – Rp. 200.000. setelah turun dari bus, segera menjangkau Halte BRT di depan St. Poncol.

Kemudian, naik bus trans jateng dengan arah Terminal Bawen, dengan harga 5.000. setelah sampai di Terminal bawen, di lanjut dengan menaiki angkot elf relasi terminal bawen sampai dengan Ambarawa, dengan harga 5000. Setelah itu kalian tinggal jalan kaki menuju St. Ambarawa/ Museum St. Ambarawa.

Biaya transportasi:

Bus Bandung – Semarang : 200.000

Trans Jateng (Halte Pancol – Terminal Bawen) : 5.000

Angkot Elf (Terminal Bawen – Terminal Ambarawa) : 5.000

Total transportasi: 210.000

B. Bandung (Kereta)

Jika anda, ingin menggunakan moda transportasi kereta, anda harus menjangkau terlebih dahulu St bandung, dari sana anda bisa menaiki Kereta Api Ciremai relasi St. Bandung – St. Pancol dengan harga 230.000, dengan jadwal keberangkatan 17.00 sampai di Semarang 00..59, anda harus menginap atau berdiam diri saja di Stasiun untuk menunggu pagi tiba.

Setelah pagi tiba, anda bisa menjangkau Halte Pancol dengan berjalan kaki, untuk menaiki Bus BRT tujuan Terminal Bawen, dengan harga Rp. 5000, setelah sampai di Terminal bawen, di lanjut dengan menaiki angkot elf relasi terminal bawen sampai dengan Ambarawa, dengan harga 5000. Setelah itu kalian tinggal jalan kaki menuju St. Ambarawa/ Museum St. AmbarTota

Biiaya Transportasi:

Kereta Api St. Bandung – St. Semarang Pancol: Rp. 230.000

Trans Jateng (Halte Pancol – Terminal Bawen) : 5.000

Angkot Elf (Terminal Bawen – Terminal Ambarawa) : 5.000

Total transportasi: Rp. 240. 000


Harga Wisata Museum Ambarawa dan Stasiun Tuntang

Kereta api Ambarawa menawarkan perjalanan dengan pemandangan yang menakjubkan, melalui Rawa Pening dengan latar belakang pegunungan seperti Telomoyo, Kelir, dan Merbabu.

Harga tiket perjalanan dengan kereta Ambarawa adalah Rp 100.000 per orang. Tarif ini juga berlaku untuk penumpang berusia tiga tahun ke atas, sesuai informasi yang tersedia di akun Instagram resmi KAI Wisata, @kawisata.

Kapasitas kereta ini mencapai 116 tempat duduk per perjalanan. Penting untuk diketahui bahwa tiket yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan atau dialihkan ke perjalanan lain jika penumpang terlambat.

Pembelian tiket kereta Ambarawa hanya dapat dilakukan secara langsung di loket pada hari keberangkatan, dimulai pukul 08.00 WIB. Sementara itu, harga tiket masuk museum dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

- Dewasa: Rp. 20.000,-

- Anak/Pelajar/TNI-Polri/KAI Group: Rp. 10.000,-

- Wisatawan mancanegara: Rp. 30.000,-

- Tiket Reguler Kereta Api Wisata Ambarawa: Rp. 100.000,-

Jelajahi pesona Stasiun Tuntang, tempat bersejarah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang menjadi latar belakang adegan ikonik dalam serial ‘Gadis Kretek’. Nikmati perjalanan yang mengagumkan melalui Rawa Pening dengan latar belakang pegunungan yang menakjubkan seperti Telomoyo, Kelir, dan Merbabu.

Saksikan keindahan arsitektur khas ‘Chalet NIS’ pada bangunan stasiun yang telah berdiri sejak tahun 1873. Rasakan nostalgia perjalanan kereta uap wisata yang ditarik oleh lokomotif diesel vintage.

Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi tempat yang memukau dan menyimpan banyak kenangan dalam film, serta merasakan atmosfirnya yang menyentuh hati.

Author by: Muhammad Helmi Nurrohman

Artikel terbaru